kali ini seribuji akan memperlihatkan sebagian dari keajaiban dan keunikan yang terjadi di saat nabi Muhammad SAW pada saat hidupnya:
1.Kisah Batu Khandak
Batu tersebut
tidak bisa dihancurkan bahkan membuat alat-alat kami patah. Maka kami
menyebutkan kepada Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam . Lalu Rasulullâh n
menggambil linggis dari Salmân Al Fârisi dan beliau memukul batu tersebut
dengan sekali pukul. Maka, batu tersebut terbelah dan mengeluarkan cahaya yang
menyinari kota Madinah, bagaikan sinar lampu di malam hari yang gelap gulita. Lalu
Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bertakbir dan kaum Muslimin pun ikut
bertakbîr. Kemudian dipukul lagi untuk yang kedua kali, maka batu tersebut
terbelah dan mengeluarkan cahaya yang menyinari kota Madinah. Lalu Rasulullah
Shallallahu ‘alaihi wa sallam bertakbir dan kaum Muslimin pun ikut bertakbîr.
Maka Rasulullâh memukul lagi untuk yang ketiga kali, maka batu tersebut
terbelah hancur dan mengeluarkan cahaya yang menyinari kota Madinah. Lalu
Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bertakbir dan kaum Muslimin pun ikut
bertakbir
2. Ka'bah
Syaikh al-’Utsaimin rahimahullah
berkata: “Amat disayangkan, sebagian orang menjadikan segala ibadahnya hanya
untuk bertabarruk (mencari berkah) semata. Seperti apa yang terlihat bahwa
sebagian manusia mengusap rukun (tiang) yamani lalu mengusapkan ke muka atau
dada. Artinya mereka menjadikan mengusap rukun yamani sebagai tabarruk bukan
untuk berta’abud (beribadah). Ini adalah sebuah kebodohan” [4]. Lalu beliau
menukil ungkapan Amîrul Mukminîn Umar bin Khatab yang kita sebutkan di atas.
Tidak dipungkiri bahwa Ka’bah atau Masjidil haram memiliki berkah. Tetapi
mengambil berkah bukan dengan mengusap-ngusap dinding masjid atau Ka’bah.
Tetapi beribadah pada tempat tersebut sesuai dengan ketentuan agama, seperti
shalat, i’tikaf, tawaf, atau berhaji dan umrah.
3.Batu Hajar Aswad
Seluruh umat Islam sepakat bahwa
Hajar Aswad adalah batu yang paling mulia dari segala batu. Tapi tidak ada
seorangpun dari para sahabat yang menganggap sakti, apalagi minta kesembuhan
kepadanya. Oleh sebab itu Amirul Mukminin Umar bin Khatâb Radhiyallahu anhu
saat menciumnya di hadapan para kaum Muslimin, beliau berkata:
“إِنِّيْ أَعْلَمُ أَنَّكَ حَجَرٌ لاَ تَضُرُّ وَلاَ تَنْفَعُ وَلَوْلاَ أَنِّيْ رَأَيْتُ النَّبِيْ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَ سَلَّمَ يُقَبِّلُكِ مَا قَبَّلْتُكِ”. رَوَاهُ الْبُخَارِيْ
“Sesungguhnya aku mengetahui bahwa engkau adalah batu yang tidak memiliki mudharat dan tidak pula memberikan manfaat. Jika seandainya aku tidak melihat Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam menciummu, tentu aku tidak akan menciummu”[HR Bukhari]
Hukum mencium Hajar Aswad hanya sekedar mengikuti sunnah Rasul Shallallahu ‘alaihi wa sallam, sebagaimana yang disebutkan oleh sahabat Umar Radhiyallahu anhu. Tidak sebagaimana yang diyakini oleh kebanyakan orang-orang yang berebutan untuk menciumnya, bahwa Hajar Aswad dapat menyembuhkan penyakit, memurahkan rezki, dan dugaan-dugaan khurafat lainnya.
“إِنِّيْ أَعْلَمُ أَنَّكَ حَجَرٌ لاَ تَضُرُّ وَلاَ تَنْفَعُ وَلَوْلاَ أَنِّيْ رَأَيْتُ النَّبِيْ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَ سَلَّمَ يُقَبِّلُكِ مَا قَبَّلْتُكِ”. رَوَاهُ الْبُخَارِيْ
“Sesungguhnya aku mengetahui bahwa engkau adalah batu yang tidak memiliki mudharat dan tidak pula memberikan manfaat. Jika seandainya aku tidak melihat Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam menciummu, tentu aku tidak akan menciummu”[HR Bukhari]
Hukum mencium Hajar Aswad hanya sekedar mengikuti sunnah Rasul Shallallahu ‘alaihi wa sallam, sebagaimana yang disebutkan oleh sahabat Umar Radhiyallahu anhu. Tidak sebagaimana yang diyakini oleh kebanyakan orang-orang yang berebutan untuk menciumnya, bahwa Hajar Aswad dapat menyembuhkan penyakit, memurahkan rezki, dan dugaan-dugaan khurafat lainnya.